Risiko Jika Anak Tidak Imunisai MR
Pemerintah terus mempromosikan imunisasi pada anak-anak. Kekuatan saat ini adalah imunisasi terhadap measella rubella (MR). Imunisasi ini diberikan kepada anak-anak dengan tujuan menghilangkan campak dan mengendalikan rubella.
Ahli Neurologi Dr. Irawan Magunatmadja, SpA (K) menjelaskan bahwa virus campak bahwa berkenaan dengan anak yang sehat dapat menyebabkan penyakit ringan seperti ruam, merah-merah. Tapi itu bisa mempengaruhi penyakit pneumonia atau pneumonia yang paling serius bahkan bisa mati. Mereka juga mengalami hal yang lebih serius seperti kejang dan kelumpuhan yang menyebabkan kematian. Bahkan jika mereka selamat dari komplikasi. Perkembangan anak tidak baik sehingga menjadi beban bagi orang tua.
Sementara itu, virus rubella saat berhubungan dengan anak-anak akan berdampak juga. Kalau hanya lampu merah merah biasa. Tapi ketika sampai pada wanita hamil, bayinya akan menderita. Kelainan otak dini, baik kelainan pada penglihatan, membuat anak buta. Tiga kelainan pada pendengaran anak menjadi tuli. Dan jantung anak keempat bisa bocor. "Nah, karena sindrom rubella itu sangat berat, maka kita harus mencegahnya," katanya dalam jumpa pers di Jakarta.
Cara mencegahnya dengan vaksinasi. caraku hidup sehat dengan imunisasi. Namun ia mengaku tidak menutup kemungkjnan bahwa seharusnya ada gejala atau tindak lanjut dari kejadian tersebut setelah imunisasi (KIPI). Gejala ringan mungkin yang paling sulit. Cahaya seperti merah-merah.
Dalam kasus KIPI pada anak karena tidak ada pemeriksaan kekebalan pada anak, maka Komnas PP KIPl harus belajar dengan baik. Data yang minim sangat sulit untuk menentukan mengapa.
Ia juga menemukan sebuah laporan kasus bahwa anak tersebut telah diimunisasi atau dibakar kulitnya yang terbakar (blister). Setelah semua belajar, anak ini sebenarnya sudah epilepsi sebelumnya. Seminggu sebelumnya, mereka dirawat dan diberi obat alergi. Jadi ada lecet.
"Tugas kita Komnas PP KIPI mempelajarinya Ada data yang lengkap, terkadang tidak ada data yang baik."
Ahli Neurologi Dr. Irawan Magunatmadja, SpA (K) menjelaskan bahwa virus campak bahwa berkenaan dengan anak yang sehat dapat menyebabkan penyakit ringan seperti ruam, merah-merah. Tapi itu bisa mempengaruhi penyakit pneumonia atau pneumonia yang paling serius bahkan bisa mati. Mereka juga mengalami hal yang lebih serius seperti kejang dan kelumpuhan yang menyebabkan kematian. Bahkan jika mereka selamat dari komplikasi. Perkembangan anak tidak baik sehingga menjadi beban bagi orang tua.
Sementara itu, virus rubella saat berhubungan dengan anak-anak akan berdampak juga. Kalau hanya lampu merah merah biasa. Tapi ketika sampai pada wanita hamil, bayinya akan menderita. Kelainan otak dini, baik kelainan pada penglihatan, membuat anak buta. Tiga kelainan pada pendengaran anak menjadi tuli. Dan jantung anak keempat bisa bocor. "Nah, karena sindrom rubella itu sangat berat, maka kita harus mencegahnya," katanya dalam jumpa pers di Jakarta.
Cara mencegahnya dengan vaksinasi. caraku hidup sehat dengan imunisasi. Namun ia mengaku tidak menutup kemungkjnan bahwa seharusnya ada gejala atau tindak lanjut dari kejadian tersebut setelah imunisasi (KIPI). Gejala ringan mungkin yang paling sulit. Cahaya seperti merah-merah.
Dalam kasus KIPI pada anak karena tidak ada pemeriksaan kekebalan pada anak, maka Komnas PP KIPl harus belajar dengan baik. Data yang minim sangat sulit untuk menentukan mengapa.
Ia juga menemukan sebuah laporan kasus bahwa anak tersebut telah diimunisasi atau dibakar kulitnya yang terbakar (blister). Setelah semua belajar, anak ini sebenarnya sudah epilepsi sebelumnya. Seminggu sebelumnya, mereka dirawat dan diberi obat alergi. Jadi ada lecet.
"Tugas kita Komnas PP KIPI mempelajarinya Ada data yang lengkap, terkadang tidak ada data yang baik."
Komentar
Posting Komentar